Custom Search

Friday, October 10, 2008

Benarkah Penyakit Keturunan Tidak Bisa Disembuhkan

Pertanyaan seperti judul diatas sering menggoda kita, sementara science kedokteran di klaim telah mencapai tingkat kemajuan yang begitu pesat. Tapi pertanyaannya, kenapa sampai saat ini penyakit keturunan salah satu diantaranya diabetes misalnya sampai saat ini belum bisa ditangani secara tuntas oleh pihak kedokteran, dalam arti sembuh total. Beberapa kasus diabetes sebagai penyakit keturunan bisa sembuh total dengan penerapan Terapi Alif. Sebagai ilustrasi sebelum masuk ke pembahasan pokok, saya beberkan salah satu contoh kasus sebagai berikut.
Seorang pemuda umur sekitar 25 tahun, sudah lama menderita diabetes, datang pada saya untuk minta tolong. Ibunya yang telah berumur 50-an tahun juga penderita diabetes sejak usia muda dan sejak saat itu rajin ke dokter. Beberapa saudara kandung ibu ini telah meninggal dunia akibat diabetes. Saudara-saudaranya yang masih hidup juga menderita diabetes yang parah.
Setelah sebulan menjalani terapi dengan Terapi Alif tanpa suntikan insulin dari dokter, kemudian di cek gula darahnya oleh pihak medis, ternyata kandungan gula darah pemuda tadi normal. Demikian juga halnya dengan ibunya. Setelah itu mereka tidak lagi memerlukan suntikan insulin untuk mengatasi diabetesnya. Banyak lagi kasus lain yang tidak sembuh dengan kedokteran, tetapi bisa sembuh total dengan Terapi Alif. Tentu pertanyaan anda, kenapa bisa begitu.
Kalau anda membaca tulisan-tulisan saya di blog ini antara lain berjudul; Terapi Alif – Kedokteran, Hubungan Antara Jiwa Dan Jasad, Sebaiknya Ilmu Kedokteran Berdamai Dengan Al Qur’an Agar Tidak Stagnan Dan Mandul, tentu akan terlihat jelas bahwa dasar berpijak antara Terapi Alif dengan Ilmu Kedokteran berbeda.
Ilmu kedokteran memandang setiap kejadian dan proses dalam tubuh manusia sebagai proses fisis dan analisanyapun atas dasar hal ini, meskipun mereka mengakui bahwa dibalik semua itu ada kehidupan yang menggerakkannya. Tetapi kehidupan yang mereka maksudkan tidak jelas, berupa apa dan bentuknya seperti apa dan cara kerjanya bagaimana dan sebagainya. Mereka hanya menangkap dan mencoba memahami kehidupan yang dimaksud lewat gejala.
Terapi Alif memandang, salah satu komponen dasar dalam setiap diri manusia adalah jiwa. Jiwa ini yang membuat manusia bisa hidup, jiwa juga yang membuat manusia merasakan sakit, sedih, susah, enak, bahagia dan sebagainya. Jiwa juga yang memerintahkan seluruh sel dan organ dalam tubuh manusia untuk berbuat sesuatu atau tidak berbuat sesuatu. Kalau terjadi sesuatu dengan jiwa, konflik misalnya seringkali terjadi perintah yang datang dari jiwa untuk dieksekusi oleh sel dan atau organ tubuh akan error dan manusia tersebut akan mendapat masalah dengan kesehatannya.
Kalau hanya fisik yang ditangani, sementara jiwa yang mengeluarkan perintah yang error tadi tidak ditangani, tentu saja tidak akan menuntaskan persoalan penyakit yang diderita oleh seseorang. Begitulah yang terjadi pada penyakit keturunan, tidak akan pernah tuntas oleh pihak kedokteran.
Ilmu kedokteran memandang bahwa penyakit keturunan adalah bawaan sejak lahir yang diwariskan oleh generasi sebelumnya dari keturunan si penderita. Warisan itu berupa gen pembawa sifat atau penyakit yang ada dalam tubuh si penderita. Meskipun biotekhnologi yang maju pesat mampu mengutak-atik DNA, RNA, Chromosoom dan sebagainya yang berkaitan dengan gen tadi, belum juga bisa diterapkan dalam ilmu genetika kedokteran untuk mengatasi persoalan penyakit keturunan. Mereka terus berkutat dengan masalah bagaimana merubah gen pembawa penyakit tadi agar tidak berbahaya dalam arti tidak lagi membawa penyakit. Menurut saya hal ini tidak mungkin. Seperti saya tegaskan berulangkali, yang harus ditangani adalah siapa dan apa yang mengeluarkan perintah kepada sel, inti sel atau organ tubuh manusia tadi sehingga menimbulkan penyakit. Misalnya pada kasus diabetes, pancreas tidak memproduksi insulin atau memproduksi hanya sedikit, tidak sesuai dengan kebutuhan manusia yang bersangkutan. Insulin ini yang merubah gula yang terkandung dalam darah menjadi energy. Jadi kalau tidak ada insulin dalam darah, maka gula akan menumpuk dalam darah, maka terjadilan diabetes. Kenapa pancreas tidak memproduksi insulin atau memproduksi hanya sedikit, karena harus seperti itulah kata gen, begitulah menurut pemahaman ilmu kedokteran. Kalaupun gen bisa dirubah secara fisik lewat methode rekayasa genetika, tetapi sifatnya akan kembali karena yang memerintah gen tadi tidak ditangani.
Bagaimana Terapi Alif memandang penyakit keturunan ini, misalnya dalam kasus diabetes. Setiap diri manusia punya banyak sekali jiwa yang semuanya terhubung dengan tubuh/fisik manusia, yang memerintah setiap bahagian dari organ dan sel tubuh manusia sekecil apapun melalui pusat syaraf, diantaranya jiwa yang melekat dengan setiap sifat gen yang ada di setiap tubuh manusia.
Tetapi kenapa bisa ada jiwa yang memerintahkan pancreas untuk tidak memproduksi insulin atau kalaupun memproduksi hanya sedikit. Inilah pertanyaan yang harus dijewab oleh Terapi Alif untuk menyelesaikan kasus penyakit diabetes keturunan.
Kita kenal dalam peradaban manusia sejak dulu, ada golongan atau aliran-aliran dalam hal olah bathin atau olah spiritual misalnya seperti pertapa dan sufi. Mereka ini pada tingkat tertentu tidak lagi butuh makan dan minum, kalaupun butuh sangat sedikit. Buat mereka tingkat tertinggi pada kesempurnaan jiwa yang dicapai lewat olah spitual, manakala badan/jasad tidak lagi butuh makanan dan minuman, mereka larut dalam olah piritual setiap saat tanpa memerlukan gerakan fisik yang membutuhkan energi. Jiwa-jiwa yang dianggap telah mencapai kesempurnaan inilah yang memerintahkan pancreas untuk tidak memproduksi insulin atau memproduksi hanya sedikit. Begitu jiwa ini menurun pada seseorang baik melalui jalur keturunan maupun lewat jalur murid yang mempelajari dan mengamalkan olah spiritual tadi, maka jiwa tadi pasti akan memerintahkan pancreas agar tidak memproduksi insulin atau memproduksi hanya sedikit.
Bagi mereka yang terbiasa dengan olah spiritual, jiwa yang dianggap telah mencapai tingkat kesempurnaan atau mendekati kesempurnaan ini sangat kuat dan sangat sulit dikalahkan dan dianggap oleh sebahagian besar mereka, suatu hal yang mustahil untuk dikalahkan. Inilah persoalan besar yang dihadapi dalam penerapan Terapi Alif untuk menyembuhkan penyakit diabetes keturunan yang diderita seseorang.
Dalam konsep Terapi Alif, jiwa tadi harus dienyahkan dari diri seseorang untuk membebaskannya dari penyakit diabetes. Jiwa tadi yang merasa berada ditingkat kesempurnaan pasti melawan sekuat tenaga atas pengusiran yang saya lakukan. Maka terjadilah pertarungan yang cukup berat antara saya dengan jiwa semacam ini. Biasanya penderita merasakan sakit di tubuhnya pada saat terjadi pertarungan semacam ini, ada yang mengatakan seperti mau mati. Begitu jiwa ini berhasil diusir dari diri seseorang, maka pancreasnya akan berfungsi normal dan akan memproduksi insulin sesuai kebutuhan yang bersangkutan.
Tapi jiwa tadi akan bisa kembali pada yang bersangkutan, apabila sejumlah larangan yang saya tetapkan dilanggar, atau ada hal lain yang dia perbuat tanpa sengaja atau tanpa dia ketahui mengundang kembali jiwa tadi.

CATATAN :
Saya telah membahas secara mendalam dan detail tentang syetan, jin dan Iblis, seperti apa mereka, bagaimana kehidupan mereka dan dimana mereka hidup, bagaimana interaksinya dengan setiap diri anak manusia yang mengakibatkan berbagai masalah bagi setiap anak manusia.
Saya juga membahas secara mendalam dan detail tentang jiwa setiap anak manusia, apa yang dimaksudkan dengan jiwa manusia, dimana keberadaan mereka, perannya yang sentral bagi setiap diri anak manusia, persoalan yang dialami oleh anak manusia ketika jiwanya error terutama kaitannya dengan penyakit nonmedis atau medis, apa yang membuatnya error dan bagaimana cara atau upaya memperbaikinya dalam arti penyembuhannya.
Semuanya saya bahas menggunakan fakta empiris yang saya peroleh selama menggeluti penyakit nonmedis 30 tahun lebih.
Untuk informasi tentang kedua buku tersebut silahkan klik ini
BUKU TERAPI ALIF

TOP SELLING BUKU TERAPI ALIF

Sunday, September 14, 2008

Bedah Kasus Pemuda Gila

JH Alifulhaq
Saya tidak tahu apa diagnosa dokter atau psiater terhadap penyakit yang di derita si pemuda. Dari obat penenang/obat tidur yang diberikan kepada si pemuda dan terapi lainnya yang dilakukan pihak medis, dugaan saya, mereka menganggap si pemuda menderita stress atau depressi. Kalau benar dugaan saya ini tentu selama dua tahun lebih itu pihak psiater berupaya membongkar persoalan-persoalan pada diri dan lingkungan pemuda sampai membuat dia sakit seperti itu. Persoalan-persoalan sejak dia usia sangat dini tentunya, kayaknya tidak ditemukan juga, karena nyatanya tidak sembuh-sembuh juga.

Bisikan-bisikan dan omongan-omongan itu tetap ada meskipun telah minum obat penenang/obat tidur atau distroom kepalanya. Pemuda itu mengaku setelah minum obat tidur itu, dia tidur, tetapi begitu bangun dari tidur bisikan-bisikan dan omongan-omongan itu muncul lagi.
Dari bukti ini saya yakin bahwa pemuda itu tidak menderita stress atau depressi.

Kalau kiyai, ustadz, dukun, para normal dan sebangsanya pasti menganggap pemuda itu dirasuki syetan, jin, roh jahat dan sebangsanya. Yang merasuki anak muda ini harus dikeluarkan agar dia sembuh. Cara mengeluarkan bisa dengan jalan kekerasan atau jalan damai dengan tawar-menawar dan bujukan-bujukan pada yang merasuki si penderita. Tetapi semuanya gagal total karena nyatanya si pemuda tidak sembuh-sembuh juga.
Mungkin mereka memandang persoalan si pemuda terlalu sederhana, yang merasuk itu dianggap sesuatu yang terpisah dari si pemuda, tinggal dikeluarkan atau dicomot, beres urusannya. Untuk kasus tertentu se sederhana itu memang akan berhasil dengan baik, tetapi semua gangguan jiwa atau gila persoalannya tidak se sederhana itu.

Pengobatan sin she sebagaimana pengobatan Cina kuno umumnya, mungkin melihat gangguan yang terjadi pada diri si pemuda ini akibat tidak seimbangnya antara energi panas ( Yang ) dan energi dingin ( Yin ) dalam diri si pemuda. Energi panas dalam diri pemuda berlebihan, harus diturunkan sampai pada tingkat keseimabangan dengan Yin. Tetapi kenyataannaya tidak juga membawa perubahan apa-apa pada diri si pemuda.

Begitu berhadapan dengan pemuda ini, kesimpulan pertama saya adalah terjadi konflik/disintegrasi dalam jiwa si pemuda. Konflik ini begitu nyata muncul dalam jiwanya karena bisikan-bisikan dan omongan-omongan di kepala, kuping dan dada bertentangan satu sama lain.

Kemudian saya harus mencari apa penyebab konflik/disintegrasi itu. Dari pengakuan jujur si pemuda, bagi saya sangat jelas, dia tidak mengenali jiwanya sendiri. Mungkin sudah sejak lama baik sadar maupun tidak sadar dia menganggap apapun yang berbisik tadi adalah jiwanya sendiri atau dirinya sendiri sehingga dia pupuk dan pelihara terus. Dia tidak menyangka sama sekali perkembangannya sampai jadi seburuk itu. Tetapi sudah terlanjur, dia tidak bisa mengatasinya lagi karena yang berbisik tadi sudah mendominasi dan menjajah jiwanya.

Setelah dia mengaku merasa enak berada di tempat saya, bisikan-bisikan dan omongan-omongan di kepala, telinga dan dada melemah, kadang-kadang hilang sama sekali. Fakta ini bagi saya menunjukkan bahwa konflik yang terjadi dalam jiwa si pemuda kombinasi antara faktor eksternal dan internal.

Kalau hanya karena faktor eksternal, bisikan-bisikan itu sudah hilang sama sekali begitu dia ada dihadapan saya.

Faktor eksternal itu datang dari luar diri si pemuda berupa syetan dan jin yang mengikatkan dirinya pada jiwa pemuda kemudian menjajahnya. Begitu berhadapan dengan saya, syetan atau jin itu takut sehingga pengaruhnya pada si pemuda berkurang. Mereka takut karena mereka tahu bahwa hirarki atau tingkatan mereka berada dibawah saya. Hal ini akan saya bahas pada bahagian akhir artikel ini.

Kenyataan bahwa bisikan-bisikan masih ada meskipun lemah, ini menunjukkan adanya faktor internal. Untungnya faktor internal ini belum terlalu kuat. Kalau faktor internal ini sudah sangat kuat akibat salah mengenal jiwanya, akan sangat sulit disembuhkan, mungkin tidak bisa lagi disembuhkan.

Memang kebanyakan manusia tidak mampu mengenal jiwanya sendiri secara benar dan tepat, sehingga membawa berbagai akibat dan penderitaan pada dirinya.

Dari hasil pengamatan dan pemahaman saya saat itu, saya sampai pada kesimpulan akhir diagnosis kasus si pemuda bahwa terjadi kolaborasi dan ikatan yang cukup kuat antara syetan atau jin dari luar dirinya dengan bahagian jiwa si pemuda tempat mereka bercokol dan membangun kekuatan dan kekuasaan untuk menjajah seluruh bahagian jiwa si pemuda.

Dengan hasil diagnosa seperti itu saya bisa menetapkan langkah yang diambil untuk penyembuhannya sebagai terapi, menghilangkan sama sekali bisikan-bisikan dan omongan-omongan di kepala, telinga dan dadanya secara permanen.

Untuk menghilangkan faktor eksternal, tinggal saja mengusir syetan dan jin yang telah menjajah jiwanya. Tetapi itu tidak cukup. Kalau faktor internal tidak diselesaikan, setiap saat jin dan syetan itu akan bisa kembali bercokol disitu.
Saya bimbing dan bantu si pemuda untuk menyelesaikan faktor internalnya. Penyelesaian faktor internal dan eksternal berjalan simultan sehingga persoalannya cepat tuntas, tentu saja dengan tekhnik dan metode baik yang bisa dilihat, didengar dan diketahui, atau yang tidak bisa ditangkap atau disaksikan oleh orang lain karena proses itu terjadi di alam jin dan syetan.

Sekarang saya bahas masalah hirarki. Bila anda membaca semua artikel-artikel saya yang berjudul MENJELAJAH ALAM JIN DAN SYETAN di topik PENJELAJAHAN MERAIH BUKTI di categories, mungkin anda akan punya gambaran tentang ini.

Interaksi di dalam alam jin dan syetan senantiasa didasarkan atas hirarki atau tingkatan. Siapa yang paling berkuasa di suatu kelompok, dialah yang menempati hirarki yang tertinggi di kelompok ini.

Hirarki ini tidak ditentukan lewat promosi, warisan keturunan, dukungan atau sogokan seperti yang terjadi di masyarakat manusia.
Misalnya begini, posisi raja di kerajaan jin atau syetan sangat sentral. Begitu rajanya seorang kalah atau ditawan, kerajaan ini tidak ada lagi.

Di alam itu secara otomatis mereka sudah tahu posisi masing-masing begitu ketemu satu sama lain dalam hirarki tadi. Posisi dalam hirarki ini ditentukan oleh kemampuan setiap individu dalam keseharian.

Sebenarnya pemegang kekuasaan tertinggi dan berada di peringkat hirarki tertinggi di bumi ini adalah manusia. Adam mendapatkan dengan gampang sebagai karunia dari Allah Taala, tanpa ikhtiar, tanpa perantaraan makhluk lain seperti malaikat. Malaikat dan iblis diperintahkan oleh Allah sujud pada Adam yang telah diangkat jadi khalifah di bumi, pemegang otoritas dan kekuasaan tertinggi di bumi.

Adam mendapat karunia ini lewat ilmu yang diajarkan sendiri oleh Allah padanya, tidak diajarkan pada makhluk lainnya seperti malaikat, iblis dan jin.. Pengajaran ini tidak lewat perantara malaikat. Jadi berada di hirarki tertinggi karena ilmu, bukan karena kekuatan.

Begitu juga dengan Nabi Sulaiman, dia berada di hirarki yang sangat tinggi di alam jin dan syetan karena Allah mengajarkan ilmu dan hikmah padanya.

Tetapi Adam teledor dan tergelincir, posisinya sempat direbut syetan, begitu juga Sulaiman sempat teledor juga sampai posisinya direbut syetan.

Kenapa Adam teledor dan tergelincir, dia tidak punya kemauan yang kuat unrtuk mematuhi perintah Allah.

Setiap diri manusia punya potensi untuk menempati hirarki tertinggi di alam jin dan syetan. Tetapi kebanyakan manusia tidak mengenal jiwanya sendiri. Manusia lupa pada jiwanya sendiri, begitu kata Allah.
Dalam hal ini manusia ibarat orang yang punya senjata yang sangat canggih yang bisa melumpuhkan apa saja dan siapapun di alam jin dan syetan. Tetapi kebanyakan manusia tidak tahu menahu potensinya, kalaupun ada yang tahu, tidak mengerti dimana atau dibahagian mana adanya dan bagaimana menggunakannya.

Untuk meraih peringkat yang tinggi di alam jin dan syetan seorang anak manusia harus berikhtiar dan berjuang menunjukkan kemampuannya. Dia harus buktikan bahwa dia paham tentang potensi yang dimilikinya termasuk cara menggunakannya. Dia kenal secara benar dan tepat jiwanya sendiri dan dia bisa membedakan yang bukan jiwanya. Dia juga memahami seluk beluk alam jin dan syetan termasuk interaksinya satu sama lain terutama dengan jiwa manusia.

Satu hal yang perlu di ketahui, jin yang cerdik akan lebih gampang mendapat kekuatan dan kekuasaan. Jin atau manusia yang memiliki kekuatan yang baik belum tentu bisa berkuasa. Bisa saja dia gampang ditipu sehingga kekuatannya tidak bisa dia manfaatkan, malah dimanfaatkan oleh penipunya ( kasus ini yang banyak sekali terjadi ). Alam jin dan syetan sangat kaya dengan tipu muslihat, jin dan syetan terkenal sebagai penipu-penipu sangat ulung, pembohong dan sombong.
Kembali pada persoalan pemuda tadi, kenapa syetan yang ada di dalam diri si pemuda takut pada saya, karena mereka tidak hanya sekedar tahu posisinya, tetapi yang sangat penting mereka sangat tahu tentang reputasi saya di alam itu. Mereka tahu saya pernah bertarung melawan siapa, cara saya bertarung bagaimana, dan hasilnya bagaimana.

Di alam jin dan syetan, kejadian apapun di suatu tempat cepat sekali diketahui oleh jin dan syetan di tempat lain di bumi dan di langit.

Begitu berhadapan dengan saya, apakah mereka mau melawan dalam arti dengan cara yang licik. Kalau berhadapan langsung mereka tahu itu tidak mungkin.

CATATAN :
Saya telah membahas secara mendalam dan detail tentang syetan, jin dan Iblis, seperti apa mereka, bagaimana kehidupan mereka dan dimana mereka hidup, bagaimana interaksinya dengan setiap diri anak manusia yang mengakibatkan berbagai masalah bagi setiap anak manusia.
Saya juga membahas secara mendalam dan detail tentang jiwa setiap anak manusia, apa yang dimaksudkan dengan jiwa manusia, dimana keberadaan mereka, perannya yang sentral bagi setiap diri anak manusia, persoalan yang dialami oleh anak manusia ketika jiwanya error terutama kaitannya dengan penyakit nonmedis atau medis, apa yang membuatnya error dan bagaimana cara atau upaya memperbaikinya dalam arti penyembuhannya.
Semuanya saya bahas menggunakan fakta empiris yang saya peroleh selama menggeluti penyakit nonmedis 30 tahun lebih.
Untuk informasi tentang kedua buku tersebut silahkan klik ini
BUKU TERAPI ALIF

TOP SELLING BUKU TERAPI ALIF

Pengakuan Pemuda Gila

JH Alifulhaq
Seorang pemuda tamatan SMA menderita gangguan jiwa sudah parah cukup lama, dua tahun lebih. Dia sudah tidak mau kemana-mana, hanya tinggal dalam kamar. Diajak berobat juga sudah tidak mau.
Di rumah sering mengamuk, barang yang ditemui dihancurkan. Bahkan ibu dan nenek yang sangat disayanginya dihajar juga.

Seringkali kalau nenek atau ibunya yang mengantar nasi ke kamarnya, nasi dan piringnya dipukulkan pada wajah orang yang disayanginya ini.

Keluarganya pernah melamar seorang gadis untuk dia dengan acara dan prosesi yang sangat meriah, mereka pikir dengan cara ini si pemuda akan sembuh, tetapi si pemuda tidak mau kawin, malah sakitnya tambah parah.

Suatu malam ada keluarga dekat mereka bertamu kesitu, bercerita tentang penyakitnya yang sembuh seketika saat berobat ke tempat saya.
Si pemuda mendengar penuturan ini dari kamarnya, langsung dia minta diantar ke tempat saya.

Begitu berhadapan dengan saya, si pemuda menyatakan keheranannya sendiri, kenapa tiba-tiba dia mau datang ke tempat saya, karena dia sudah lama menolak untuk diobati., yang diakuinya hanya membuatnya tambah sakit.

Berobat ke dokter dan psiater sudah tidak terhitung jumlah kunjungan dan biaya yang dikeluarkan, sempat masuk asrama ( istilah dia untuk rumah sakit jiwa ), di stroom kepalanya selama tiga minggu, tetapi dia tambah menderita.

Begitu juga dengan pengobatan alternatif. Ada berita tentang orang pintar, kiyai, ustadz, dukun, para normal dan sebagainya yang bisa mengobati dan menyembuhkan orang, dia langsung dibawa keluarganya kesana. Hasilnya tambah parah.

Berobat ke sin she ( pengobatan Cina ) juga tidak ada hasilnya..

Disaksikan oleh semua anggota keluarga yang mengantar, dia bicara jujur pada saya : “ Orang mengatakan saya gila, tetapi mereka tidak paham apa yang terjadi pada diri saya. Di kepala ada bisikan dan ngomong, di telinga dan di dada juga ada. Apa yang dikatakan ketiganya bertentangan satu sama lain. Saya jadi bingung Om, mana yang harus didengar dan diikuti, saya kesal, marah dan mengamuk, tidak tahan lagi. Bisikan dan omongan itu tidak pernah berhenti dan tidak pernah bisa dihentikan..

Dia merasa heran, begitu ada di rumah saya, bisikan-bisikan itu melemah, kadang-kadang hilang. Dia sadar kalau bisikan-bisikan dan omongan-omongan itu hilang, pasti dia sembuh, seperti dia rasakan saat itu.

Dia minta tolong saya untuk menghilangkan bisikan-bisikan dan omongan-omongan itu. Kemudian dia menjalani terapi dengan baik selama beberapa menit seperti yang saya minta, hasilnya dia merasa bebas sama sekali dari bisikan-bisikan itu. Dia kelihatan sangat senang dan bahagia.
Saya ingatkan, kalau bisikan-bisikan dan omongan itu muncul kembali setelah kembali ke rumahnya, dia harus kembali ke saya tiga hari lagi pukul 23.00, membawa perlengkapan mandi seperti handuk dan sebagainya.
Waktu itu saya pikir, syetan yang ada dalam diri pemuda itu sangat kuat, kalau tidak mau keluar juga, saya harus menerapkan cara yang lebih keras.

Memang bisikan-bisikan dan omongan-omongan di kepala, telinga dan dada masih ada, tetapi tidak begitu kuat lagi setelah beberapa lama dia kembali ke rumah, tetapi sudah tidak ngamuk lagi.

Tiga hari kemudian dia datang seperti yang saya minta. Saya mandikan dia tengah malam pakai air biasa yang saya doakan ( tidak ada tambahan apa-apa seperti kembang dan sebagainya ) tepat pada pukul 00.00. Dia menggigil kedinginan sewaktu saya mandikan, tetapi hasilnya, dia merasakan otaknya jadi jernih, begitu juga dadanya terasa enteng, tidak berat lagi. Bisikan dan omongan hilang sama sekali, dia merasa sembuh total.

Beberapa hari kemudian keluarga pemuda menjemput saya untuk melihat rumah mereka. Sayapun kesana dan beberapa hal saya sampaikan untuk dibenahi.

Tiga bulan setelah itu si pemuda datang ke rumah saya naik sepeda motor sendirian dan memberi tahu saya bahwa dia sudah bekerja. Dia menyatakan kangen dan ingin sering datang ke rumah saya kalau diizinkan, karena menurut pengakuannya dia merasa tenang dan damai begitu berada di rumah saya.

CATATAN :
Saya telah membahas secara mendalam dan detail tentang syetan, jin dan Iblis, seperti apa mereka, bagaimana kehidupan mereka dan dimana mereka hidup, bagaimana interaksinya dengan setiap diri anak manusia yang mengakibatkan berbagai masalah bagi setiap anak manusia.
Saya juga membahas secara mendalam dan detail tentang jiwa setiap anak manusia, apa yang dimaksudkan dengan jiwa manusia, dimana keberadaan mereka, perannya yang sentral bagi setiap diri anak manusia, persoalan yang dialami oleh anak manusia ketika jiwanya error terutama kaitannya dengan penyakit nonmedis atau medis, apa yang membuatnya error dan bagaimana cara atau upaya memperbaikinya dalam arti penyembuhannya.
Semuanya saya bahas menggunakan fakta empiris yang saya peroleh selama menggeluti penyakit nonmedis 30 tahun lebih.
Untuk informasi tentang kedua buku tersebut silahkan klik ini
BUKU TERAPI ALIF

TOP SELLING BUKU TERAPI ALIF